:: WELCOME TO MY BLOG, PLEASE COMMENT ::
Showing posts with label BERITA TERKINI. Show all posts
Showing posts with label BERITA TERKINI. Show all posts

Saturday, February 11, 2017

Modal 500 Ribu, Laptop Biasa Kamu Bisa Jadi Laptop Gaming! Mau?



Gaming di laptop, saat mengucapkan kata itu pasti yang terlintas di benak kita adalah ASUS ROG, Dell Alienware ataupun Razer Blade. Kita juga tahu bahwa laptop-laptop tersebut harganya bisa dibilang cukup fantastis.
Yah, kalau untuk yang budgetnya tidak terbatas sih pastinya tidak akan masalah. Bagaimana dengan yang budgetnya terbatas, kita cuma mampu membeli laptop biasa untuk keperluan sehari-hari.
Tapi tenang! Berikut Jaka kasih tahu kamu tiga perangkat yang bisa mengubah laptop biasa kamu menjadi laptop gaming.

Ubah Laptop Biasa Menjadi Laptop Gaming Mulai dari Rp 500 ribu

Nah, buat kamu yang punya laptop biasa dan kamu mau main game-game berat terbaru seperti Battlefield 1, langsung saja simak beberapa perangkat berikut.

1. EXP GDC Beast V8

EXP GDC Beast V8 merupakan perangkat yang paling populer saat ini. Terang saja, harganya di pasaran sangat murah, cuma Rp 500 ribuan dan kamu sudah bisa memakainya untuk memasang VGA desktop di laptop kamu.
foto-banggood.com-exp-gdc
Tersedia dalam dua tipe koneksiexpress card dan mini PCIe. Kedua tipe koneksi ini mayoritas ada di hampir semua laptop, jadi sebaiknya kamu cek dulu ya. Untuk express card, tidak masalah baik type 34 ataupun 54 dan untuk mini PCIe biasa dipakai laptop untuk WiFi.
Namun dengan harganya yang murah, sebaiknya kamu jangan berharap banyak. Karena performa gaming kamu akan dipangkas, mengingat perangkat ini hanya mampu mengadaptasi kecepatan PCIe generasi pertama.

2. BPlus PE4C

BPlus PE4C memiliki beberapa versi yang di tiap versinya terdapat fungsi yang berbeda-beda pula. Namun, dalam kasus ini biasanya yang dipergunakan adalah BPlus PE4C V3.
foto-bplustech.com-pe4c
Tersedia dalam tiga varian koneksi, express card, mini PCIe dan PCIe x1. Untuk express card dan mini PCIe masih sama seperti EXP GDC, namun PCIe x1 adalah pelengkap. PCIe x1 sendiri agak jarang ada di laptop, jadi hampir tidak pernah digunakan.
foto-bplustech.com-pe4c-interface
Untuk memiliki perangkat ini kamu harus merogoh kocek cukup dalam, yakni kisaran 1,5 juta rupiah. Tapi kualitas yang kamu dapatkan sesuai kok karena perangkat ini sudah mampu mengadaptasi kecepatan PCIe generasi ketiga.

3. Akitio Thunderbolt

Khusus yang terakhir, perangkat ini bisa kamu pakai untuk Macbook, tapi bisa juga untuk laptop biasa kok. Akitio Thunderbolt menyediakan dua jenis koneksi, thunderbolt 1/2 dan thunderbolt 3. Jadi, baiknya kamu pastikan kembali, Macbook atau laptop kamu support yang mana.
foto-techinferno.com-akitio
Untuk urusan harga, Akitio tergolong cukup mahal. Tapi kalau dibandingkan dengan perangkat seperti Alienware Amplifier, terus terang harganya masih sangat masuk akal. Kamu harus merogoh kocek sekitar 5 juta rupiah untuk memiliki perangkat ini.i.
foto-cdrinfo.com-tb-speed
Kalau soal urusan performa, sesuai harganya, perangkat ini yang terbaik ketimbang dua yang dibahas sebelumnya. Karena sudah mempergunakan thunderbolt sebagai jalur koneksi bandwidth-nya, performa dari perangkat ini benar-benar memacu kemampuan gaming sampai pada titik maksimal.
Nah, jadi bagaimana teman-teman? Sekarang kamu sudah bisa kan, ngegame di laptop dengan dana jauh lebih hemat ketimbang beli laptop gaming premium. Kalau ada kritik dan saran, jangan ragu tinggalkan di kolom komentar ya!
Modal 500 Ribu, Laptop Biasa Kamu Bisa Jadi Laptop Gaming! Mau?

Tuesday, November 10, 2015

Peringatan Hari Pahlawan 10 November 1945 Merupakan Hasil Perjuangan Polisi Istimewa

Senin, 09 November 2015

Peringatan Hari Pahlawan 10 November 1945 Merupakan Hasil Perjuangan Polisi Istimewa

Lensanews.com “Tanpa peran M. Jasin dan Pasukan Polisi Istimewa tidak akan ada peristiwa 10 November.” Demikian pernyataan Jenderal (TNI) Moehammad Wahyu Soedarto, seorang tokoh yang terlibat dalam peristiwa heroik 10 November 1945. 10 November 1945 diabadikan dalam sejarah bangsa dan diperingati sebagai Hari Pahlawan. Peristiwa ini terjadi di Surabaya dan di kota Pahlawan ini Polisi pernah melaksanakan “Proklamasi Polisi” Dalam ejaan lama yang berbunyi :

“Oentoek bersatoe dengan rakjat dalam perdjoeangan mempertahankan Proklamasi 17 Agoestoes 1945, dengan ini menjatakan Polisi sebagai Polisi Repoeblik Indonesia”.

Soerabaja, 21 Agoestoes 1945
Atas Nama Seloeroeh Warga Polisi
Moehammad Jasin – Inspektoer Polisi Kelas I

Proklamasi Polisi itu merupakan suatu tekad anggota Polisi untuk berjuang melawan tentara Jepang yang masih bersenjata lengkap, walaupun sudah menyerah. Proklamasi itu juga bertujuan untuk meyakinkan rakyat bahwa Polisi adalah aparat negara yang setia kepada Republik Indonesia yang berjuang bersama rakyat dan bukanlah alat penjajah. Ketika menjadi insiden bendera, 19 september 1945, Polisi Pimpinan Moehammad Jasin bergerak cepat mereka menyatu dengan rakyat. 

Jenderal TNI Muhammad Wahyu Sudarto – Pelaku 10 November 1945, menyatakan :

“Saya hanyalah bagian dari sejarah perjuangan tanah air. Itu pun Cuma di Jawa Timur, khususnya di Surabaya. Sebetulnya pada “Peristiwa Surabaya” ada tokoh yang lebih hebat tetapi di mana kini tidak banyak yang kenal. Namanya Moehammad Jasin, orang Sulawesi Selatan. Jika beliau tidak ada, Surabaya tidak mungkin seperti sekarang. Beliau adalah Komandan “Pasukan Polisi Istimewa”. Kalau tugas Bung Tomo adalah “memanas-manasi rakyat”, Pak Jasin ini memimpin pasukan tempur. Kesatuannya boleh dibilang kecil, cuma beberapa ratus orang saja. Itu sebabnya mereka bergabung dengan rakyat. Kalau rakyat sedang bergerak, di tengah-tengah selalu ada truk atau panser milik Pasukan Polisi Istimewa lengkap dengan senjata mesin. Melihat Rakyat bak gelombang yang tak henti-henti itu, Jepang yang waktu itu sudah kalah dari Pasukan Sekutu menyerah kepada RI dan intinya adalah Pak Jasin.

Demikian pula kala Inggris (Sekutu) mendarat di Surabaya. Bila tidak ada Pak Jasin, arek-arek Suroboyo tidak bisa segalak itu. Pasukan Inggris datang pertama kali dengan satu brigade pada 28 Oktober 1945. Namun, setelah mereka terdesak, secara bertahap mendarat lagi empat brigade”
(JENDERAL TNI MUHAMAD WAHYU SUDARTO – PELAKU 10 NOVEMBER 1945)

Polisi Istimewa (PI) adalah jelmaan  dari CSP (Central Special Police). Apalagi, pada Agustus 1945 itu, hanya Polisi yang masih memegang senjata. Karena, setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, penguasa Jepang di Indonesia membubarkan tentara PETA dan Heiho, sedangkan senjata mereka dilucuti. Soetamo (Bung Tomo), pemimpin Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) yang juga salah satu pejuang terkemuka dalam peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, menyatakan :

“PETA diharapkan dapat mendukung perjuangan di Surabaya tahun 1945 , tetapi PETA membiarkan senjatanya dilucuti oleh Jepang, untung ada Pemuda M. Jasin dengan pasukan-pasukan Polisi Istimewanya yang berbobot tempur mendukung dan mempelopori perjuangan di Surabaya.”
- Soetomo (Bung Tomo)

Pasukan Polisi Istimewapun pada saat itu diperintahkan oleh Jepang untuk menyerahkan senjatanya, karena Jepang ditugaskan oleh sekutu untuk menjaga dan memelihara keamanan di Indonesia agar sekutu dengan aman dapat menginjakkan kakinya di bumi Indonesia.
 Namun secara tegas Polisi menolak perintah tersebut sehinga pada masa itu hanya Polisi yang memiliki persenjataan sedangkan kesatuan lain tidak ada. 

Hal ini juga ditegaskan oleh Jenderal TNI AD SUDARTO ex. TRIP dan pelaku 10 Nop 1945 sbb :

“Omong kosong kalau ada yang mengaku di bulan Agustus 1945 memiliki kesatuan bersenjata. Yang ada pada waktu itu hanya pasukan-pasukan Polisi Istimewa pimpinan M. JASIN, bahkan ia menyatakan bahwa tanpa peran pasukan pasukan Polisi Istimewa dibawah pimpinan M. JASIN tidak akan ada peristiwa 10 Nopember 1945.”
- Jenderal TNI AD SUDARTO ex. TRIP dan pelaku 10 Nop 1945

Pernyataan itu menunjukkan bahwa jika pertempuran itu berlangsung tanpa dukungan dan kepeloporan Pasukan Polisi Istimewa, niscaya patriotisme perjuangan rakyat di Surabaya tidak akan seheroik apa yang tercatat dalam sejarah. Hal itu juga dikuatkan dalam pidato peresmian Monumen Perjuangan Polisi Republik Indonesia di Surabaya yang disampaikan oleh Pangab RI, Jenderal (TNI) Tri Surtrisno pada 2 Oktober 1988, “Kekuatan Pasukan Polisi Istimewa pimpinan M. Jasin harus dikaji oleh seluruh bangsa Indonesia.”

Lebih lanjut Jendral (TNI) Tri Sutrisno mengatakan, 
“Tindakan Inspektur I Moehammad Jasin untuk mempersenjatai Rakyat Pejuang telah memberikan andil yang cukup besar dalam gerak maju para pejuang kemerdekaan di Surabaya, yang kemudian mencapai puncaknya dalam pertempuran heroik di Surabaya tanggal 10 Nopember 1945”.

Persenjataan yang dibagikan oleh Polisi ini didapat dari gudang-gudang senjata tentara Jepang yang diserbu dan direbut secara paksa maupun dengan perjanjian penyerahan senjata dengan jaminan keselamatan tentara Jepang karena mereka sudah amat terdesak hingga menyerah. Dalam perjanjian penyerahan senjata ini, M. Jasin hadir sebagai wakil dari pihak Indonesia dan menjamin keselamatan jiwa tentara Jepang yang menyerah.

Seperti yang tercatat dalam buku Soetjipto Danoekoesoemo, "Hari-Hari Bahagia Bersama Rakyat". Tiga peleton tentara Jepang menyerahkan senjata kepada Polisi Istimewa Seksi I dengan syarat keselamatan mereka dijamin, pada 1 Oktober 1945.

Pada 2 Oktober 1945, di Gedung General Electronics di Kaliasin Jepang menyerahkan senjata setelah terjadi pertempuran sengit dengan Tim Polisi Istimewa di bawah pimpinan Soetjipto Danoekoesoemo. Dalam pertempuran ini tentara Jepang mengeluarkan senjata-senjata mitraliur.

Pada Hari yang sama, M. Jasin yang bersama Soetomo (Bung Tomo) yang mewakili pihak Indonesia berhasil menandatangani perjanjian penyerahan senjata untuk membuka gudang Arsenal tentara Jepang yang terbesar se-Asia Tenggara di Don Bosco-Sawahan, Surabaya. Pelucutan ini diawali dengan perlawanan sengit tentara Jepang. Setelah terjadi tembak-menembak sengit dan menelan korban jiwa barulah Jepang menyerahkan senjata.

Pada akhirnya tentara Jepang menyerahkan seluruh persenjataan, termasuk tank dan panser kepada Polisi Istimewa. Polisi Istimewa kemudian membagi-bagikan senjata tersebut kepada rakyat dan pemuda dalam organisasi perjuangan. Segera setelah itu, Surabaya dibanjiri senjata api dari berbagai jenis yang digunakan untuk menghadapi pasukan Inggris dan Belanda pada peristiwa Hari Pahlawan. 

Bukan hanya membagikan senjata, Polisi Surabaya juga giat melatih perang para pemuda dan rakyat dalam menghadapi serangan tentara sekutu. Mempersenjatai rakyat pejuang sekaligus gerakan pembinaan kemiliteran dan pelatihan tempur yang dipelopori oleh Kesatuan Polisi Istimewa ini secara langsung sangat berpengaruh hingga tersusunnya kesatuan-kesatuan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kemudian berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).


Kepeloporan Polisi Istimewa yang menyebabkan lahirnya kesatuan bersenjata lainnya ini pelak saja membuat DR. H. Ruslan Abdulgani eX TRIP dan tokoh pejuang yang turut berperan aktif dalam Palagan 10 November 1945 ini mengatakan bahwa "Pasukan Polisi Istimewa lahir lebih dulu dari yang lain".
Keterlibatan M. Jasin sebagai pasukan Polisi Istimewa dalam peristiwa heroik itu jelas tidak diingkari oleh semua tokoh pejuang yang terlibat. Bahkan seorang Jenderal TNI AD, Abdul Kadir Besar SH, juga menyatakan, “Saya berani mempertanggungjawabkan pemberian kedudukan bagi Moehammad Jasin sebagai Singa Pejuang Republik Indonesia berdasarkan jasa-jasanya.”

Penyataan senada diberikan juga oleh seorang tokoh penting peristiwa 10 November 1945, DR. H. Roeslan Abdulgani, yaitu : “M. Jasin dan Polisi Istimewa yang dipimpinnya adalah modal pertama perjuangan di Surabaya.”

Demikian Pula pernyataan Jenderal (TNI) Moehammad Wahyu Soedarto, seorang tokoh yang terlibat dalam persitiwa heroik itu, yaitu : “Tanpa peran M. Jasin dan Pasukan Polisi Istimewa tidak akan ada peristiwa 10 November.”

Kehebatan Pasukan Polisi Istimewa dalam arena perjuangan Surabaya bukan hanya dikagumi kawan tapi juga disegani oleh lawan. Hal ini terdapat dalam pernyataan resmi dari Menteri Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan (Ministerie van Onderwijs en Wetenschappen) Pemerintah Belanda, oleh Van der Wall, 
“De Poelisi Istimewa, de gewezen Poelisi Istimewa guderende de Japanse tijd, onder leiding van M. Jasin is niets anders dan een Militaire strijd kracht.” (Polisi Istimewa, Mantan Polisi Istimewa diwaktu Jepang, pimpinan M. Jasin tidak lain adalah satu kekuatan tempur militer).

Pada tanggal 4 November 2015 Ir. Joko Widodo memimpin upacara penganugerahan gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 116/TK/Tahun 2015 kepada 5 putra terbaik bangsa Indonesia salah satunya adalah Alm. Komisaris Jenderal Polisi. Dr. H. Moehammad Jasin dengan julukanya Bapak Brigade Mobile (Brimob) POLRI.

Monday, August 31, 2015

RODA KOMPAS BRIMOB



RODA KOMPAS BRIMOB



Berbentuk roda dengan 8 (delapan) arah mata angin simetris dan bidang mendatar bertuliskan “BRIMOB” di tengah lingkaran dengan warna kuning emas di tengah berwarna merah, mempunyai arti sbb :

1. “Merah” melambangkan keberanian dan perhitungan yang tepat serta dilandasi daya gerak yang tinggi.

2. “Kuning Emas” melambangkan jiwa ksatria, pembela kebenaran dan keadilan sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat.


3. “Lambang Lingkaran dengan 8 mata anak panah” bermakna bahwa Korps Brimob merupakan kesatuan yang utuh serta senantiasa siap dihadapkan kepada setiap tantangan tugas dimanapun berada dengan daya gerak yang tinggi.

Roda Kompas atau 8 penjuru mata angin (ASTADIKPALAKA) menggambarkan ASTA BRATA
atau 8 (delapan) jalan adalah simbol alam semesta. Arti harfiahnya “delapan simbol alam”, tetapi sejatinya menyiratkan keharmonisan sistem alam semesta. Pada hakikatnya kedelapan sifat tersebut merupakan manifestasi keselarasan yang terdapat pada tata alam semesta yang diciptakan Tuhan, dan manusia harus menyelaraskan diri dengan tata alam semesta kalau ingin selamat dan terhindar malapetaka. Bila manusia, sebagai ciptaan Tuhan, bisa selaras dengan alam semesta, maka selaraslah kehidupannya.

Roda Kompas yang menggambarkan ASTA BRATA ( 8 jalan ) sebagai berikut :

1. Surya atau mentari. 
Dia memancarkan sinar terang sebagai sumber kehidupan yang membuat semua mahluk tumbuh dan berkembang. Analogi ini mengharapkan seorang pemimpin untuk mampu menumbuhkembangkan daya hidup rakyatnya untuk membangun bangsa dan negara, dengan memberikan bekal lahir dan bathin untuk dapat berkarya secara maksimal menurut bidang tugasnya masing-masing.

2. Candra atau rembulan. 
Memancarkan sinar di kegelapan malam. Cahaya rembulan yang lembut akan mampu menumbuhkan semangat dan harapan di tengan kegelapan. Seorang pemimpin hendaknya mampu memberikan dorongan atau motivasi untuk membangkitkan semangat rakyatnya, walau dalam kelamnya duka karena bencana.

3. Kartika atau bintang. 
Memberikan sinar indah kemilau, jauh di langit, sehingga dapat menjadi petunjuk arah bagi yang memerlukan. Seorang pemimpin harus mampu menjadi teladan untuk berbuat kebaikan. Tak pernah ragu menjalankan keputusan yang disepakati, serta tidak mudah terpengaruh oleh pihak yang akan menyesatkan.

4. Angkasa atau langit. 
Luas tak terbatas, hingga mampu menampung apa saja yang datang padanya. Seorang pemimpin hendaknya memiliki keluasan batin dan kemampuan mengendalikan diri yang kuat, hingga dengan sabar mampu menampung aspirasi atau pendapat rakyatnya yang beraneka ragam.

5. Bayu atau angin. 
Selalu ada dimana-mana, tanpa membedakan tempat serta selalu mengisi semua ruang kosong. Seorang pemimpin hendaknya dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat dan martabatnya, bisa mengetahui keadaan dan keinginan rakyatnya. Mampu memahami dan menyerap aspirasi rakyat.

6. Samodra atau lautan. 
Betapapun luasnya samudra, senantiasa mempunyai permukaan yang rata, bersifat sejuk menyegarkan. Sang pemimpin hendaknya mampu menempatkan semua orang pada derajat dan martabat yang sama, sehingga dapat berlaku adil, bijaksana dan penuh kasih sayang terhadap rakyatnya.

7. Agni atau api. 
Api mempunyai kemampuan untuk membakar habis dan menghancur leburkan segala sesuatu yang bersentuhan dengannya. Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani menegakkan kebenaran dan keadilan secara tegas, tuntas dan tanpa pandang bulu.

8. Kismo atau bumi / tanah. 
Bumi mempunyai sifat kuat sekaligus murah hati. Selalu memberi hasil kepada siapapun yang mau berusaha mengelola dan memeliharanya dengan tekun. Seorang pemimpin hendaknya berwatak sentosa, teguh dan murah hati, senang beramal dan senantiasa berusaha untuk tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya.

Esensi Makna Asta Brata 
Asta Brata bukan hanya berlaku bagi para pemimpin saja. Setiap manusia, seyogyanya mengamalkannya, dalam arti “hidup selaras dengan alam”, dan “menjalankan peran yang diembannya, sehingga memberi manfaat bagi sesama”.

Seorang pemimpin yang tidak mampu melaksanakan Asta Brata bagai raja tanpa mahkota. Sebaliknya, rakyat jelata yang dalam hidupnya mampu melaksanakan Asta Brata, berarti ia adalah rakyat jelata yang bermahkota, dialah manusia yang luhur budi pekertinya.

sumber : google.com


"SEKALI MELANGKAH PANTANG MENYERAH, SEKALI TAMPIL HARUS BERHASIL"

Quote:
MOTTO BRIMOB
SEKALI MELANGKAH PANTANG MENYERAH

I. Memiliki Makna :

Bahwa setiap anggota Brimob harus selalu waspada dan siap sedia mengorbankan jiwa raga serta sanggup menghadapi setiap kemungkinan dalam tugasnya. Yang berperan dalam memelihara Keamanan, Ketertiban Masyarakat dan Penegakan Hukum serta memberikan Perlindungan, Pengayoman dan Pelayanan masyarakat.

II. Penjabaran : 

  1. Anggota brimob harus rela berkorban demi Nusa dan Bangsa dengan penuh ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu berbakti demi keagungan Nusa Bangsa yang bersendikan Pancasila dan UUD 45.
  2. Anggota Brimob harus selalu siap ditugaskan dimanapun, kapanpun dan seberat apapun dengan didasari oleh mental yang kuat serta tidak mudah putus asa dan selalu siap menghadapi tantangan dalam melaksanakan tugas.
  3. Tidak mengenal kata ragu-ragu dalam setiap anggota Brimob dalam melaksanakan tugas Negara dengan tetap menghormati kaidah yang hidup dalam masyarakat secara Adil dan Bijaksana.
  4. Berjiwa Ksatria berani bertanggungjawab dalam setiap pengambilan keputusan dengan terlebih dulu didasarkan oleh pertimbangan yang matang dan bijaksana.
  5. Setiap anggota Brimob pantang menolak tugas yang dipercayakan Negara kepadanya, karena bagi Brimob tugas adalah Suatu Kehormatan dari cita-cita yang luhur.


SEKALI TAMPIL HARUS BERHASIL

I. Memiliki Makna :

Bahwa setiap anggota Brimob akan selalu berbuat yang terbaik bagi dirinya sendiri, Kesatuan, Bangsa dan Negara. Dalam setiap pelaksanaan tugas dengan mengedepankan Profesionalisme dalam rangka memelihara Ketertiban, Penegakan Hukum serta Perlindungan, Pengayoman dan Pelayanan kepada Masyarakat.

II. Penjabaran :

  1. Dalam melaksanakan tugas untuk kepentingan masyarakat, Bangsa dan Negara anggota Brimob harus tetap berpegang teguh kepada Honor, Honesty dan Loyalty (Kehormatan, Kejujuran dan Loyalitas).
  2. Anggota Brimob harus selalu bisa menampilkan diri sebagai Warga Negara dan bisa memberikan contoh Teladan sehingga bisa dicintai oleh sesama Warga Negara.
  3. Anggota Brimob harus bersifat disiplin, percaya diri dan penuh keiklasan tanpa mengharapkan imbalan jasa dalam melaksanakan tugas dengan menyadari bahwa dirinya merupakan Masyarakat Teladan di tengah-tengah masyarakat.
  4. Selalu peka dan tanggung jawab dalam tugas serta mampu mengembangkan kemampuan dirinya, menilai tinggi mutu kerja, penuh kearifan serta efisiensi serta menempatkan kepentingan tugas secara wajar diatas kepentingan pribadinya.
  5. Tidak pernah berhenti dalam memberantas kejahatan berintensitas tinggi dengan tetap memperhatikan Hak Azasi Manusia.


Quote:VISI DAN MISI

VISI KORBRIMOB POLRI

Terwujudnya Postur Brimob Polri yang profesional, bermoral, modern dan patuh hukum sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat agar mampu melaksanakan tugas pokoknya dengan mengedepankan kemitraan untuk menghadapi ancaman dan gangguan keamanan dalam negeri

MISI KORBRIMOB POLRI

  • Melaksanakan tugas operasional Korps Brimob sebagai fungsi utama Polri, terhadap gangguan kamtibmas berkadar tinggi dengan mengedepankan pendekatan pelayanan masyarakat serta bersikap tegas namun humanis.
  • Melakukan kegiatan kemasyarakatan dan kemanusiaan dalam Program Community Policing yang selalu menempatkan masyarakat sebagai Mitra Polri untuk terwujudnya stabilitas kamtibmas diseluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia.
  • Melaksanakan kebijakan Polri dengan menjabarkan Program Kerja Akselerasi Transformasi Polri di jajaran Korps Brimob Polri serta pelaksanaan Program Quick Wins dalam rangka percepatan perubahan kultur personil Brimob sesuai tuntutan masyarakat.
  • Peningkatan pemeliharaan dan pengembangan sarana dan prasarana di jajaran Korps Brimob Polri dengan melakukan inovasi melalui pengkajian alutsista yang disesuaikan dengan ilmu pengetahuan dan tehnologi sesuai dengan tantangan tugas.
  • Memantapkan kajian dan evaluasi serta penyempurnaan terhadap pilun-pilun yang berlaku di lingkungan Korps Brimob Polri dengan memperhatikan produk per undang-undangan yang lebih tinggi dan secara Bottom Up menggali aspirasi yang berkembang.
  • Ikut serta dan berperan aktif dalam Misi Perdamaian Dunia, dengan mengirimkan personil Brimob yang terlatih dan siap menghadapi tantangan tugas.
  • Meningkatkan sistem manajemen SDM Korps Brimob Polri secara optimal agar mampu memotivasi dan mendorong kapabilitas kinerja personil yang profesional, kompetensi dan remunerasi yang adil sesuai dengan tanggung jawab dan beban kerja untuk menciptakan gairah kerja dan kesejahteraan personil.
  • Meningkatkan kemampuan personil Korps Brimob Polri secara terus menerus melalui pelatihan-pelatihan baik perorangan maupun satuan di tingkat pusat maupun wilayah agar tetap terpelihara disiplin, loyalitas, hirarki. maupun kemampuan manajerial secara berlapis dan berjenjang dalam menanggulangi gangguan kamtibmas berkadar tinggi.
  • Merumuskan kebijakan serta menyelenggarakan penempatan personil dalam jabatan berdasarkan Prinsip Merit System, Achievment serta Reward and Punishment.

    Sumber: http://www.brimob.polri.go.id/organi.../visionmission


Quote:TUGAS FUNGSI KORBRIMOB POLRI

Sebagai Satuan Pamungkas Polri yang memiliki kemampuan spesifik :

  • Kemampuan Dasar Kepolisian.
  • PHH ( Penanggulangan Huru Hara ).
  • Resmob ( Reserse Mobile ).
  • Wanteror.
  • Jibom ( Penjinakan Bom ).
  • KBR ( Kimia, Biologi dan Radio aktif )
  • SAR ( Search And Rescue ).


Dalam rangka penanggulangan gangguan keamanan dalam negeri berkadar tinggi dan penyelamatan masyarakat, didukung personil yang terlatih dan memiliki kepemimpinan yang solid, peralatan dan perlengkapan dengan tehnologi modern.

KORPS BRIMOB POLRI

SEJARAH BRIMOB POLRI

BRIMOB DARI MASA KE MASA

Quote:1. Pendahuluan

Brimob Polri memiliki sejarah panjang sebagai suatu kesatuan yang berada dibawah organisasi Polri. Sebagai unsur pelaksana utama pusat, kesatuan ini mempunyai spesifikasi tugas berbeda dengan Polisi tugas umum. Sepanjang perjalanannya, Brimob Polri selalu ikut andil dalam lembaran sejarah perjuangan bangsa Indonesia baik dalam usaha membela negara maupun ikut melawan pemberontak di masa – masa awal berdirinya Republik Indonesia. Bila kita kilas balik berdirinya Brimob Polri, tidak dapat dipisahkan dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, sekaligus sebagai patriot bangsa yang mempunyai tanggung jawab dalam menjaga keamanan negara dan sebagai satuan yang siap dalam mengemban setiap tugas.

Dengan usia yang telah mencapai 65 tahun, dapatlah dipahami bahwa institusi ini hampir sama tuanya dengan usia negara dan bangsa Indonesia. Untuk itu, tidak ada salahnya sebelum lebih jauh melangkah, kita mencari tahu terlebih dahulu pasang surut Brimob Polri dalam kurun waktu 65 tahun yang bergerak dinamis sesuai dengan tuntutan jaman.


Quote:2. Masa Perjuangan

Sepanjang sejarahnya, Brimob Polri selalu ikut andil dalam lembaran sejarah perjuangan bangsa Indonesia baik dalam usahanya membela negara maupun ikut melawan pemberontak di masa – masa awal berdirinya Republik Indonesia. Secara sekilas dapat dilihat bahwa lahirnya Brimob di atas panggung sejarah Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peristiwa besar internasional yang terjadi waktu itu, (Perang Dunia ke II).

Ketika itu, dominasi Jepang di Asia Tenggara hanya berlangsung cepat. Setelah berhasil menduduki Indonesia, posisi militer dan front tempur negara Sakura Taneka tersebut segera mengalami titik balik, dari kemenangan menjadi kekalahan. Untuk mempertahankan daerah pendudukan secara mandiri, sudah tidak dimungkinkan. Maka dari itu, dilibatkanlah penduduk Indonesia, pria maupun wanita untuk menghadapi sekutu. Dalam konteks inilah lahir Tokubetsu Keisatsu Tai yang dibentuk oleh militer Jepang pada tahun bulan April 1944, yang pada saat itu para anggotanya terdiri dari para polisi muda dan pemuda polisi (Atim Supomo,dkk,1996: 21).

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, sejak itu pula Tokubetsu Keisatsu Tai yang kemudian berubah nama menjadi Polisi Istimewa hadir dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Segala bentuk upaya segera dilakukan, dimulai dari pelucutan dan perebutan sarana militer dari tangan Jepang hingga datangnya tentara sekutu. Dimasa pendudukan sekutu atas Indonesia, Belanda hadir kembali dengan membonceng tentara Sekutu dalam suatu operasi yang saat itu dikenal sebagai Agresi Militer II.
Maka sejak itu pula berlangsung era perang Kemerdekaan melawan Belanda. Dengan bekal semangat juang dan kebersamaan, disertai modal pengetahuan, keterampilan dan disiplin tinggi yang diperoleh semasa Tokubetsu Keisatsu Tai, maka warga Polisi Istimewa yang kemudian menjadi Mobile Brigade dan akhirnya menjadi Brigade Mobile, aktif dalam arena perjuangan di semua front, menyatu dengan masyarakat. 

Kemanunggalan Brimob dan masyarakat terasa semakin kental saat berlangsung Perang Kemerdekaan II, khususnya setelah Belanda berhasil menduduki Yogyakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia waktu itu. Usai era perang kemerdekaan, muncullah kiprah baru perjuangan Brimob yakni era pemulihan keamanan dalam bentuk berbagai penumpasan terhadap aneka pemberontakan yang terjadi di Indonesia hingga sekarang.

a. Pra Kemerdekaan (1912 – 1945)
Brimob Polri yang ada sekarang ini dapat dianggap sebagai pewaris langsung dari satuan polisi yang ada pada masa kolonial Belanda. Pada tahun 1912, Pemerintah Hindia Belanda membentuk satuan Polisi bersenjata yang dinamakan Gewapende Politie dan kemudian digantikan oleh satuan lain bernama Veld Politie yang memiliki tugas yang sama. Tugas-tugas ini antara lain; bertindak sebagai unit reaksi cepat, menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat, mempertahankan hukum sipil, menghindarkan munculnya suasana yang memerlukan bantuan militer, dan konsolidasi atas wilayah yang baru dikuasai.

Selama penjajahan Jepang, satuan polisi khusus yang bernama Tokubetsu Keisatsu Tai tersebut dibentuk di setiap daerah di pulau Jawa pada bulan April 1944. Anggotanya terdiri dari para Polisi muda serta pemuda Polisi. Para calon anggota Tokubetsu Keisatsu Tai diasramakan serta memperoleh pendidikan dan latihan kemiliteran dari tentara Jepang dengan kemampuan yang lebih, terlatih, berdisiplin tinggi dan terorganisasi. Peralatan yang dimiliki satuan ini jauh lebih lengkap daripada yang dimiliki oleh Veld Politie, memiliki tugas dan tanggung jawab dalam bidang kamtibmas dan sekaligus di front pertempuran.

Satuan khusus ini dibentuk sebagai kekuatan penyerang yang pelaksanaan tugasnya dibawah perintah Kepala Polisi Daerah. Tiap-tiap satuan khusus daerah didukung oleh 60 sampai 200 personil Polisi khusus tergantung pada situasi wilayah seperti Surabaya, Priangan dan Jakarta. Kompi tersebut berada di bawah kekuasaan Polisi karesidenan. Umumnya komandan kompi berpangkat Itto Keibu (Letnan Satu).

Jumlah polisi khusus ini bahkan lebih besar, termasuk persenjataan dan kendaraan lapis baja. Tugas utama satuan ini adalah untuk merespons sejumlah ancaman utama terhadap keamanan termasuk demonstrasi, kerusuhan dan perampokan bersenjata. Selama periode ini, Polisi sebagai organisasi dan terutama Polisi khusus dianggap sebagai kekuatan bersenjata yang sangat teratur (Sidney Jones,dkk,2004).

b. Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Tidak lama setelah Proklamasi Kemerdekaan, pada tanggal 21 Agustus 1945, Komandan Satuan Polisi Khusus Jawa Timur, Inspektur Polisi M. Jasin (Komandan Syu Keisatsutai), mengatasnamakan seluruh warga Polisi mengeluarkan pernyataan bahwa sejak saat itu sebutan Polisi harus diartikan sebagai Polisi Republik Indonesia. Pernyataan yang hanya diketik pada selembar surat itu disebarluaskan dan ditempel di tempat-tempat ramai. Bunyi pernyataan adalah sebagai berikut :

Quote:“ Oentoek bersatoe dengan rakyat dalam
perjoeangan mempertahankan Proklamasi
17 Agoestoes 1945, dengan ini menjatakan
Poelisi sebagai Poelisi Repoeblik Indonesia.”

Soerabaja, 21 Agoestoes 1945
ttd.
Moehammad Jasin
Inspektoer Poelisi Tk.I


Terkait pernyataan tersebut, sejak saat itu Pimpinan Polisi Sidokan Takata dan Fuku Sidokan Nishimoto dikucilkan. Semua anggota Polisi Istimewa diperintahkan oleh Inspektur Polisi Tk I M. Jasin untuk tidak menyerahkan senjatanya kepada siapapun. Polisi Istimewa pada hari itu berparade di jalan-jalan Surabaya dan memperoleh dukungan luas dari penduduk lokal. Polisi khusus ini juga bertugas mendistribusikan senjata yang diperoleh dari tentara Jepang untuk digunakan dalam perang melawan kembalinya tentara Belanda dan tentara sekutu. Dalam pertempuran yang terkenal di Surabaya, satuan-satuan dari wilayah Madiun, Bondowoso, Malang dan Lamongan datang untuk mendukung satuan Surabaya. Di seluruh Jawa, Satuan Polisi Khusus terlibat dalam aksi penolakan terhadap Belanda dan pasukan sekutu. Hal ini kemudian memberi legimitasi yang kuat serta identitas nasionalis para Satuan Polisi Khusus di tahun – tahun berikutnya.

Beberapa kesaksian dari para pejuang Jawa Timur terhadap kenyataan sejarah ini sebagai berikut :

1) Bung Tomo
“Soal senjata nampaknya agak menggelisahkan. Sebagai anak buah Tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang semula menjadi harapan rakyat banyak, ternyata sudah dikirim pulang oleh Jepang tanpa senjata. Satu-satunya kekuatan bersenjata yang masih kokoh adalah Pasukan Polisi Istimewa yang dipimpin oleh seorang pemuda Sulawesi, Muhammad Yasin.”

2) Dr. H. Roeslan Abdulgani
“Pasukan Polisi Istimewa lahir lebih dulu dari yang lain.”

3) Brigjen. TNI/AD Sudarto
“Omong kosong jika ada yang mengaku dalam bulan Agustus 1945 kita memiliki pasukan bersenjata. Yang ada hanya Pasukan Polisi Istimewa dan tanpa pasukan ini tidak akan ada Hari Pahlawan 10 Nopember 1945.”

4) Jenderal TNI/AD Sukanto Sayidiman
“Pak Yasin dan Pasukan Polisi Istimewa adalah guru dan pelatih kami.”

5) Abdul Kadir Besar S.H.
“ May. Jen. Pol. M. Yasin di tahun 1945 dengan peranan juangnya wajar diberikan kedudukan Singa Pejuang RI.”

6) May.Jen. TNI/AD Sungkono
“ Yasin memproklamirkan polisi sebagai Polisi Republik Indonesia tanggal 21 Agustus 1945.”

Dalam usaha penyempurnaan Pasukan Polisi Istimewa, ketika itu masih terdapat banyak sebutan seperti Polisi Istimewa, Pasukan Polisi Istimewa atau Barisan Polisi Istimewa. Maka, pada saat itu Komisaris Tk. I Soemarto, yang ketika itu menjabat wakil Kepala Kepolisian Negara, mempunyai inisiatif agar Pasukan Polisi Istimewa diubah namanya menjadi Mobile Brigade. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar menjadi Kesatuan Pasukan yang berdisiplin tinggi, kompak, loyal, penuh dedikasi dan mampu bergerak secara cepat dan dinamis (Atim Supomo,dkk, 1996).

Pada tanggal 17 September 1946, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, RS. Soekanto Tjokrodiatmodjo, memberi kuasa kepada Komisaris Polisi M. Jasin untuk melakukan berbagai usaha persiapan pembentukan Mobile Brigade. Berdasarkan Surat Perintah Kepala Muda Kepolisian No. Pol. : 12/78/91, menyatakan bahwa sejak tanggal 14 Nopember 1946, secara de jure (resmi) Mobile Brigade lahir, sebagai wujud penghargaan pimpinan kepada para pejuang dari anggota Polisi Pasukan Istimewa yang telah gugur sejak 14 Nopember 1945.

Setelah pembentukan Mobrig tanggal 14 Nopember 1946, di setiap karesidenan kemudian dibentuk Mobile Brigade Karesidenan (MBK) berkekuatan satu kompi, dengan jumlah personel kurang lebih 100 orang dan dipimpin oleh seorang komandan kompi dengan pangkat Inspektur Polisi Tk.I dan Inspektur Polisi Tk.II. Dimana persenjataan yang digunakan antara lain berupa US Carabine, mitralyur, pistol dan lain-lain. Kedudukan MBK berada di ibu kota karesidenan. Administrasi organisasi dan taktis operasionalnya berada di bawah kepala polisi karesidenan.

Sebagai organisasi baru dan sedang berkembang, Mobile Brigade terlibat secara aktif melawan agresi Belanda pertama dan kedua yang terjadi di Yogyakarta, dari 1947 sampai 1949. Pertempuran melawan tentara Belanda dan Sekutu juga terjadi di beberapa tempat di Sumatera. Selain melawan pendudukan oleh tentara asing di Indonesia, Mobrig juga dihadapkan pada beberapa pemberontakan yang terjadi di daerah-daerah. Antara lain pada tahun 1948, Mobrig terlibat dalam pertempuran melawan Partai Komunis di Madiun dan pada tahun 1949-1950, Mobrig mengadakan operasi melawan tentara “Kapten Turk “ Westerling yang terkenal, seorang Perwira Angkatan Darat Belanda, baik di Sulawesi Selatan dan Bandung Jawa Barat.


Quote:3. Masa Orde Lama (1951-1971)

Pada periode ini, Mobile Brigade terlibat dalam usaha menumpas berbagai pemberontakan yang terjadi, termasuk yang dipimpin oleh Kapten Aziz di Sulawesi selatan dan gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia di Jawa Barat yang dipimpin oleh Kartosuwirjo. Di Aceh, pemberontakan dipimpin oleh Daud Beureueh dan di Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Muzakar.

Setelah tahun 1950, barulah tersusun suatu organisasi yang mendekati kesempurnaan, walaupun sifatnya hanyalah untuk koordinasi antar Rayon Mobrig saja. Pada tingkat karesidenan, MBK diubah menjadi Rayon Mobrig dan MBB (provinsi) menjadi kompi reserve (cadangan). Selain itu, di tingkat pusat dibentuk Inspeksi Mobile Brigade Pusat yang berkedudukan di Purwokerto dengan tugas membantu Kepala Djawatan Kepolisian Negara mengenai seluk beluk yang berhubungan dengan Mobrig. Di tingkat daerah (provinsi), dibentuk koordinator dan Inspektur Mobile Brigade yang berkewajiban mengurusi Pasukan Mobrig yang berada di daerah dan berkedudukan di kota-kota provinsi. Sebagai kelanjutan dari perubahan tersebut, maka pada tahun 1951 dibentuklah kompi-kompi di setiap kabupaten. 

Personel Mobrig dari beberapa kompi di Jawa dan Jakarta pernah dikirim pada tahun 1952 sampai dengan 1956 untuk menumpas gerakan yang ingin mendirikan Republik Maluku Selatan (RMS) dan terpisah dari Indonesia. Kemudian, dari 1956 sampai 1959, kompi-kompi Mobrig (terutama dari Jawa) dikirimkan sekali lagi untuk menghentikan usaha pemberontakan PRRI dan Permesta di Sumatera, Sulawesi dan Maluku. Operasi ini dilaksanakan bekerja sama dengan militer, terutama Angkatan Darat. Tetapi, dua institusi ini sesungguhnya memiliki target yang berbeda dan mereka beroperasi secara independen satu dengan lainnya.

Dengan surat Keputusan Departemen Kepolisian Negara No. Pol. : 13/MB/1959, tanggal 25 April 1959, maka Kesatuan Mobrig yang semula berbentuk kompi-kompi diubah susunannya menjadi tingkat batalyon. Koordinator Mobile Brigade Daerah juga diubah menjadi Komandemen Daerah serta Koordinator Mobile Brigade Djawatan Kepolisian Negara diubah menjadi Komandemen Mobile Brigade Pusat, yang kemudian diubah lagi menjadi Komandemen Mobrig Pusat ( Komobpu).

Pada hari ulang tahun Mobrig ke 16, tanggal 14 Nopember 1961, Menteri Kepala Kepolisian Negara mengeluarkan surat order (perintah) Y.M No. Pol. : 23/61 tanggal 12 Agustus 1961 yang berisi penetapan hari ulang tahun Mobrig ke 16 yang akan dilaksanakan dengan Irup Presiden RI Ir. Soekarno. Sekaligus pada waktu itu, presiden atas nama pemerintah akan memberikan penghargaan yaitu ”NUGRAHA CAKANTI YANA UTAMA” atas pengabdian dan kesetiaan Mobile Brigade 
dalam mempertahankan kemerdekaan dan menumpas pemberontakan yang merupakan penghargaan tertinggi kala itu. Bersamaan dengan itu pulalah diresmikan perubahan nama dari Mobile Brigade menjadi Brigade Mobile oleh Presiden Republik Indonesia, Ir. Soekarno.

Spoiler for ”NUGRAHA CAKANTI YANA UTAMA”



Quote:4. Masa Orde Baru (1972-1997)

Dalam periode ini, Brigade Mobile, yang semula bernama Mobile Brigade mempuyai tugas dalam bidang kamtibmas dan front tempur, namun dengan berbagai pertimbangan, pimpinan kala itu menetapkan untuk mengembalikan fungsi organisasi Brigade Mobile sebagai salah satu fungsi Kepolisian dan mengurangi kemampuan militernya. Maka, keluarlah Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : SK/05/III/1972 tanggal 2 Maret 1972 tentang Refungsionalisasi dan Reorganisasi Brigade Mobile. Keluarnya Surat Keputusan Kapolri tersebut sekaligus menempatkan kesatuan-kesatuan Brigade Mobile di bawah komando langsung Kadapol setempat. Dengan demikian terjadi perubahan menyeluruh, baik fungsi maupun organisasinya kembali hampir sama dengan pada saat MBK pertama kali diresmikan pada tahun 1946.

Sesuai dengan SK yang baru, Brigade Mobile mempunyai fungsi sebagai satuan bantuan operasional taktis kepolisian. Titik beratnya bukan lagi tugas tempur militer, melainkan tugas-tugas menghadapi kriminalitas dengan intensitas tinggi. Bentuk organisasinya juga tidak lagi korps sebagai satu kesatuan vertikal, tetapi kesatuan yang dibatasi sampai tingkat batalyon dan kedudukan kompi-kompi BS (berdiri sendiri) menjadi organik pada komando-komando kewilayahan Polri.

Pada tahun 1983 terjadi lagi reorganisasi Kesatuan Brimob tahap II (Reorganisasi tahap I di lingkungan Brimob terkenal dengan keluarnya Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep/05/1972). Pada tahap ini, ditandai dengan keluarnya Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep /552/XI/1983 tanggal 14 Nopember 1983, yang berimplikasi pada segera dilakukannya likuidasi dan reorganisasi satuan Batalyon serta dislokasi kompi-kompi BS. Ini berarti bahwa ada penyempitan yang lebih jauh bagi kompi-kompi BS di setiap karesidenan dan demikian pula penghapusan batalyon. Di setiap polda dibentuk kesatuan Brimob menggantikan kedudukan batalyon-batalyon. Satuan Brimob Polda tersebut membawahi kompi-kompi yang berada di wilayahnya. Pada tahun 1996, Korbrimob mengalami validasi organisasi lagi di mana struktur organisasinya mengalami perubahan, jabatan Komandan Brimob Polri ditingkatkan menjadi perwira tinggi bintang satu dan sebagai Komandan Korps pertama kali dijabat oleh Brigjen Pol Drs. Sutiyono, sekaligus mengesahkan Brimob Polri sebagai badan pelaksana pusat pada tingkat Mabes Polri yang berkedudukan di bawah Kapolri. Selanjutnya ditetapkan pula tugas Korbrimob yaitu membina kemampuan dan mengerahkan kekuatan Brimob guna menanggulangi gangguan kamtibmas yang berkadar tinggi, utamanya kerusuhan massa, kejahatan terorganisir bersenjata api atau bahan peledak dan bersama-sama dengan unsur pelaksana operasional Kepolisian lainnya mewujudkan tertib hukum dan ketentraman masyarakat di seluruh wilayah yurisdiksi nasional Republik Indonesia.

Wednesday, June 29, 2011

HASIL LOMBA POINT BLANK !!!

ALHAMDULILAH TELAH SUCCES DILAKSANAKAN LOMBA POINT BLANK PADA TANGGAL 30 JUNI 2011 DI BUDINET SEMBUNGAN.....


DENGAN JUARA 1 : MCHAMAD JEFRI

JUARA 2 : ALDI

JUARA 3 : ERWIN RAKA PRATAMA


INILAH PEMENANG EVENT BUDINET....




BUDINET




Photobucket


BRYAN. Powered by Blogger.

DAFTAR ISIAN

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More